2. Jangan menikah karena alasan orang lain. Itu
betul, dalam peristiwa dramatis, kita bisa segera menikah agar orang tua
sempat menyaksikan sebelum meninggal, agar mereka bahagia. Tapi
menikahlah karena alasan kita sendiri, jadikan itu patokan terbesar.
Karena yang menjalani kehidupan berumah-tangga itu adalah kita, bukan
orang lain. Dan karena, jika besok lusa pernikahan itu gagal, kita tidak
menyalahkan orang lain--itu sungguh tiada manfaatnya.
3. Semua
pernikahan itu punya masalah. Bohong jika ada yang bilang keluarga
mereka baik-baik saja sepanjang masa. Lantas kenapa sebuah pernikahan
bisa awet? Karena ada yang sabar dan mengalah. Satu-satunya bekal
pernikahan yang tiada pernah kurang adalah: sabar. Punya sabar segunung,
tetap kurang banyak. Punya sabar selangit, pun tetap kurang banyak.
Jadi bekalnya tidak harus mobil, rumah, peralatan dapur, dsbgnya.
Sekelas Umar Bin Khattab saja masih membutuhkan rasa sabar ekstra.
4. Kita tidak pernah tahu siapa jodoh terbaik kita. Tidak ada alatnya,
tidak ada aplikasinya, dan tidak akan ditemukan. Kita baru tahu setelah
kita menjalani pernikahan tersebut. Dan rumitnya, itu juga belum cukup.
Banyak yang berpisah jalan setelah sekian lama menikah. Lantas kapan
dong kita baru tahu persis? Tidak ada jawabannya. Nah, dengan situasi
seperti itu, jangan habiskan waktu dengan cemas apakah ini jodoh terbaik
atau bukan. Jika kalian muslim, tegakkanlah shalat istikharah, dapatkan
keyakinan, kemudian bismillah, jalani dengan mantap.
5. Well,
tidak ada jodoh yang sempurna di dunia ini. Semua orang pasti punya
kekurangan. Ada yang ganteng/cantik pol, ternyata kalau tidur ngoroknya
seperti sirene. Ada yang bertanggung-jawab nan setia, ternyata pelupa,
dia lupa harus menjemput istrinya di manalah. Tapi kita selalu bisa
membuat yang tidak sempurna itu menjadi indah, keren, seperti pelangi,
sepanjang kita bersedia menerima kekurangannya. Orang2 yang sibuk
memasang kriteria sempurna bagi calon jodohnya, akan hidup sendiri
hingga alien menyerang bumi.
6. Tidak ada yang tahu kapan
persisnya kita akan menikah. Eh, yang masih kecentilan, manja-manja,
ternyata besok sudah menikah, atau malah punya anak dua. Yang terlihat
dewasa sekali, sudah siap sekali, bahkan bijak nian bicara soal menikah,
ternyata bertahun-tahun tetap sendiri. Maka, saat kita tidak tahu kapan
jodoh itu akan datang, fokuslah memperbaiki diri sendiri. Saat
kesempatannya datang, ingatlah nasehat lama, kesempatan baik tidak
datang dua kali. Tapi ketika kesempatannya lolos, gagal, juga ingatlah
petuah orang tua, akan selalu ada kesempatan2 berikutnya bagi orang yang
sabar.
7. Pekerjaan tetap, mapan, dan lain-lain itu jangan
dijadikan syarat mutlak mencari jodoh. Itu betul, sungguh menyenangkan
jika jodoh kita ternyata sudah mapan, berkecukupan. Tapi boleh jadi akan
lebih spesial lagi, jika kita bersama-sama menjalani hidup sederhana,
untuk kemudian menjadi lebih baik setiap harinya. Lebih baik pastikan
saja, semua pihak memahami tanggungjawabnya. Misal, adalah tanggungjawab
suami mencari nafkah. Boleh istri bekerja? Ikut membantu nafkah
keluarga? Dikembalikan ke masing2 pasangan mau seperti apa. Tapi jelas
sekali, jika istri bekerja, penghasilannya adalah milik dia--soal dia
mau memberikannya ke keluarga atau tidak, itu urusan dia. Tanggungjawab
mutlak tetap ada di suami. Pemahaman2 seperti ini penting loh, agar
kalian laki-laki yang sekarang sibuk galau, apalagi sibuk tebar pesona,
tahu persis saat menikah nanti.
8. Mencari jodoh itu tidak rumit.
Ini beneran loh. Mencari jodoh itu sederhana. Kalian bisa meminta orang
tua mencarikan (karena itu juga salah-satu kewajiban mereka). Juga bisa
minta sahabat menjadi intel perjodohan. Jodoh itu ada di mana-mana, di
sekolah, di kampus, di tempat kerja, di angkutan umum saat berangkat
beraktivitas, di mesjid, di komplek rumah, dll, dll. Tapi kenapa kadang
terasa rumit sekali? Karena kitalah yang membuatnya rumit. Catat
baik-baik, di dunia ini sudah milyaran orang pernah menikah. Milyaran
pasangan. Nah, di mana rumitnya jika orang lain toh milyaran telah
menikah.
9. Terakhir, kalau kalian mau belajar banyak hal tentang
jodoh, maka jangan belajar dari novel2 (apalagi novel Tere Liye), dari
film fiksi, dari sinetron, serial. Aduh, itu fiksi loh. Dikarang2 saja
sama penulis ceritanya. Melainkan belajarlah dari orang tua di sekitar
kalian. Kakek-nenek, opa-oma, mbah buyut, yang sudah menikah puluhan
tahun, tapi tetap langgeng dan bahagia. Amati, pelajari, dengarkan
nasehat mereka, itu penting sekali, kehidupan mereka bisa jadi contoh.
Maka besok lusa saat kita menikah, mendadak muncul masalah serius, kita
bisa meneladani mereka, bagaimana cara mereka mengatasi masalah. Itu
selalu bisa jadi pelajaran kehidupan yang tiada ternilai.
sumber:https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=956290131123626&id=127049394047708&substory_index=0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar